Thursday, November 13, 2008

Gerakan Pemuda Untuk Sains


Posisi dan peran pemuda makin ramai dipropagandakan. Catatan-catatan prestasi yang mereka torehkan di masa silam pun dibuka, dirujuk, dan diwartakan kembali. Banyak yang mengabarkan bahwa perubahan mendasar selalu dimulai dari reaksi dan pengorbanan kaum muda idealis terhadap persoalan besar. Target yang disasar propaganda itu cukup jelas: meyakinkan dunia agar kesempatan dan kepercayaan dibuka lebar-lebar bagi darah-darah muda nan segar.
Sheila Kinkade dan Christina Macy menambah panjang daftar pendukung. Dalam Our Time is Now: Young People Changing the World, keduanya menubuatkan bahwa abad ke-21 bakal jadi milik kaum muda. Ini diisyaratkan dengan kian berpengaruhnya peran mereka dalam perubahan dunia. Melalui buku itu, diriwayatkan bagaimana puluhan anak muda di seluruh penjuru berhasil memperbaiki dan mengubah komunitasnya menjadi lebih baik, jauh melampaui apa yang bisa kaum tua lakukan.
Sebetulnya agenda peneguhan semacam itu tidak perlu benar. Para pemuda sudah mengubah dunia (setidaknya-tidaknya pernah). Bukan perubahan kecil yang serba tanggung, tapi perubahan berskala raksasa dan mendasar. Mereka tidak bergerak di arena yang pekat dengan atmosfer kegagahan. Mereka bergerak di ruang-ruang yang dingin dan senyap. Mereka ada di dunia yang kerap dilupakan oleh aura heroisme: dunia sains.
Yang Muda yang Mengubah Dunia
Mari kita undur jarum waktu, dan telisik apa yang terjadi di Eropa pada 4,5 abad silam. Itu adalah era bersemainya fajar akalbudi. Dua buah risalah ilmiah diresmikan sebagai ikon lahirnya era baru tersebut, On the Revolutions of the Celestial Spheres (1543) karya Nicolaus Copernicus serta On the Structure of the Human Body (1543) karya Andreas Vesalius.
Ada dua hal yang istimewa di sana. Pertama, semangat modern telah lahir dan merevolusi model berpikir jumud ala Abad Pertengahan. Kedua, ini yang barangkali lebih mengejutkan, Vesalius menerbitkan On the Structure setebal tujuh volume saat berusia 29 tahun. Para pemuda Indonesia memang mampu meruntuhkan kolonialisme Belanda yang selama 3,5 abad telah membuat nusantara berkarat. Namun, lewat kajian rinci ihwal anatomi manusia, Vesalius sanggup merontokkan paradigma yang sudah mengurat-akar selama satu milenium lebih.
Seabad berikutnya, tepatnya pada 1667, ada seorang pemuda yang oleh Alfred North Whitehead ditabalkan sebagai lambang keberhasilan intelektual terbesar yang pernah dicapai umat manusia. Di usia yang ke-25, pemuda itu telah menelurkan gagasan-gagasan besar tentang bagaimana alam bekerja. Dialah pencetus kalkulus, teori optik, serta mahateori gerak dan gravitasi—meski karya monumentalnya Mathematical Principles of Natural Philosophy baru dipublikasikan pada 1687.
Pemuda itu adalah Isaac Newton. Dia telah membangun suatu visi dunia perihal alam material, di mana memungkinkan kita untuk menghitung perincian terkecil dari sebuah peristiwa tertentu. Konsepsinya telah menjelma menjadi sebuah karakter fundamental benda. Tanpa konsepsi itu, sains (dan pengetahuan berbasis akal lainnya sebagaimana yang kini kita kenal) muskil bisa tumbuh dan berkembang.
Para pemuda belum puas sampai di situ. Di sepanjang abad ke-20, kontribusi mereka bahkan kian meraksasa. Yang paling mentereng tentu saja Albert Einstein. Tiga gagasan revolusioner dia terbitkan pada usia 26, termasuk teori relativitas khusus yang tersohor itu. Serupa Newton, gagasan Einstein juga turut menyebar hingga ke ranah filsafat dan merombak tatanan berpikir manusia.
Selain Einstein, masih ada James Watson (25 tahun) yang menemukan struktur dan cara kerja DNA. Sementara di bidang fisika kuantum—ilmu yang juga demikian besar pengaruhnya bagi kebudayaan dunia—kita bisa temukan pula figur-figur muda macam Erwin Schrodinger (39 tahun), Louis de Broglie (31 tahun), Paul Dirac (26 tahun), Warner Heisenberg (24 tahun), dan Wolfgang Pauli (25 tahun). Untuk matematika, keperkasaan pemuda diwakili oleh John von Neumann (25 tahun) dan Kurt Godel (25 tahun).
Menilik betapa luar biasa temuan-temuan ilmiah yang dihasilkan, tak keliru jika dunia menahbiskan abad ke-20 sebagai abad ilmu pengetahuan. Dan sebagaimana telah diuraikan, tak sedikit di antaranya merupakan hasil jerih payah kaum muda. Kalau Sheila Kinkade dan Christina Macy baru meramalkan bahwa abad ke-21 bakal jadi milik pemuda, maka abad ke-20 justru sudah berada dalam genggaman mereka.
Sains dan Usia Muda
Sains dan usia muda agaknya menampakkan keterkaitan erat, meski untuk mengetahuinya secara presisi masih dibutuhkan banyak kajian terperinci. Hal itu khususnya terlihat jelas dalam bidang matematika. Bagi kebanyakan orang, 30 tahun adalah pemisah antara masa muda dan masa dewasa. Tetapi, para matematikawan cenderung memandangnya dengan agak berbeda. Bagi mereka, 30 tahun menandakan sesuatu yang jauh lebih suram.
Seorang matematikawan muda yang ambisius lazimnya memandang kalender dengan kekhawatiran dan kecemasan yang setara atau bahkan lebih besar ketimbang yang dirasakan oleh seorang model, aktor, atau olahragawan. Ini juga tak luput dari perhatian GH Hardy, yang lantas merekamnya dalam buku The Mathematician’s Apology (1967). Di sana, dia menulis bahwa sepengetahuannya tak ada karya matematika kelas satu yang sanggup dihasilkan oleh matematikawan di atas umur 50 tahun.
Namun, sebagaimana kata matematikawan umumnya, kecemasan seputar usia tersebut paling parah terjadi saat menjelang 30 tahun. Karena itu, banyak yang menasihati agar para jenius pemula berusaha semaksimal mungkin sebelum berusia 30, apa pun hasilnya.
“Saya cenderung berpendapat bahwa kita mencapai puncak sekitar 30-an. Saya tidak mengatakan Anda pasti demikian. Mudah-mudahan Anda tidak begitu. Tapi, menurut saya, selewat itu Anda tidak mungkin berprestasi lebih baik. Itu firasat saya,” ujar matematikawan Paul Cohen. Nada serupa juga datang dari Von Neumann, yang biasa mengatakan bahwa kemampuan matematika utama menurun sejak sekitar umur 26. Setelah itu, sambungnya, matematikawan harus puas hanya dengan mengandalkan kecerdasan biasa yang sama sekali tidak istimewa.
Barangkali karena alasan itulah mengapa Anugerah Fields Medal—penghargaan tertinggi di bidang matematika yang sama prestisiusnya dengan Hadiah Nobel—hanya diperuntukkan bagi matematikawan yang berusia di bawah 40 tahun. Lewat anugerah yang dilangsungkan sekali dalam empat tahun, Fields Medal agaknya sengaja dirancang untuk menjunjung semangat para jenius belia agar segera menghasilkan karya-karya besar sebelum tertelan usia tua, usia yang memang sudah sulit untuk mengakomodasi kesegaran, kreativitas, dan orisinalitas pikiran.
Demikianlah, darah-darah muda telah menancapkan tiang-tiang utama bagi sains, yang lantas berdampak besar bagi pembentukan peradaban dunia. Walau banyak yang makin sinis terhadap cara berpikirnya yang dianggap kian merusak, namun sainslah yang sudah membuka jalan bagi ditemukannya penisilin dan dikirimnya manusia ke bulan. Dan atas kemajuan itu, kita mau tidak mau harus berterima kasih pada kaum muda.
Sampai di sini, pertanyaan penting pantas kita ajukan kembali: masihkah dunia perlu diyakinkan lagi agar sudi membuka kesempatan seluas-luasnya kepada para pemuda? Jika masih kurang yakin juga, bersiaplah menyaksikan kembali aksi-aksi cemerlang di berbagai bidang yang bakal disajikan semangat-semangat muda berikutnya. Siapa tahu nubuat Sheila Kinkade dan Christina Macy benar-benar terwujud: abad ke-21 (lagi-lagi) sepenuhnya jadi milik angkatan muda.

Monday, October 27, 2008

KRITISI SISTEM PENDIDIKAN DUNIA


Segalanya hancur

Segalanya rusak

Jadi makin rusak...


Hahahahahah.....

Wednesday, September 3, 2008

LENTERA JIWA


Banyak yang bertanya mengapa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin redaksi Metro TV. Memang sulit bagi saya untuk meyakinkan setiap orang yang bertanya bahwa saya keluar bukan karena ¡pecah kongs dengan Surya Paloh, bukan karena sedang marah atau bukan dalam situasi yang tidak menyenangkan. Mungkin terasa aneh pada posisi yang tinggi, dengan power yang luar biasa sebagai pimpinan sebuah stasiun televisi berita, tiba-tiba saya mengundurkan diri.

Dalam perjalanan hidup dan karir, dua kali saya mengambil keputusan sulit. Pertama, ketika saya tamat STM. Saya tidak mengambil peluang beasiswa ke IKIP Padang. Saya lebih memilih untuk melanjutkan ke Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta walau harus menanggung sendiri beban uang kuliah. Kedua, ya itu tadi, ketika saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Metro TV.

Dalam satu seminar, Rhenald Khasali, penulis buku Change yang saya kagumi, sembari bergurau di depan ratusan hadirin mencoba menganalisa mengapa saya keluar dari Metro TV. Andy ibarat ikan di dalam kolam. Ikannya terus membesar sehingga kolamnya menjadi kekecilan. Ikan tersebut terpaksa harus mencari kolam yang lebih besar...

Saya tidak tahu apakah pandangan Rhenald benar. Tapi, jujur saja, sejak lama saya memang sudah ingin mengundurkan diri dari Metro TV. Persisnya ketika saya membaca sebuah buku kecil berjudul Who Move My Cheese.Bagi Anda yang belum baca, buku ini bercerita tentang dua kurcaci. Mereka hidup dalam sebuah labirin yang sarat dengan keju. Kurcaci yang satu selalu berpikiran suatu hari kelak keju di tempat mereka tinggal akan habis. Karena itu, dia selalu menjaga stamina dan kesadarannya agar jika keju di situ habis, dia dalam kondisi siap mencari keju di tempat lain. Sebaliknya, kurcaci yang kedua, begitu yakin sampai kiamat pun persediaan keju tidak akan pernah habis.

Singkat cerita, suatu hari keju habis. Kurcaci pertama mengajak sahabatnya untuk meninggalkan tempat itu guna mencari keju di tempat lain. Sang sahabat menolak. Dia yakin keju itu hanya dipindahkan oleh seseorang dan nanti suatu hari pasti akan dikembalikan. Karena itu tidak perlu mencari keju di tempat lain. Dia sudah merasa nyaman. Maka dia memutuskan menunggu terus di tempat itu sampai suatu hari keju yang hilang akan kembali. Apa yang terjadi, kurcaci itu menunggu dan menunggu sampai kemudian mati kelaparan. Sedangkan kurcaci yang selalu siap tadi sudah menemukan labirin lain yang penuh keju. Bahkan jauh lebih banyak dibandingkan di tempat lama.

Pesan moral buku sederhana itu jelas: jangan sekali-kali kita merasa nyaman di suatu tempat sehingga lupa mengembangkan diri guna menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih besar. Mereka yang tidak mau berubah, dan merasa sudah nyaman di suatu posisi, biasanya akan mati digilas waktu.

Setelah membaca buku itu, entah mengapa ada dorongan luar biasa yang menghentak-hentak di dalam dada. Ada gairah yang luar biasa yang mendorong saya untuk keluar dari Metro TV. Keluar dari labirin yang selama ini membuat saya sangat nyaman karena setiap hari keju itu sudah tersedia di depan mata. Saya juga ingin mengikuti lentera jiwa saya. Memilih arah sesuai panggilan hati. Saya ingin berdiri sendiri.

Maka ketika mendengar sebuah lagu berjudul Lentera Hati yang dinyanyikan Nugie, hati saya melonjak-lonjak. Selain syair dan pesan yang ingin disampaikan Nugie dalam lagunya itu sesuai dengan kata hati saya, sudah sejak lama saya ingin membagi kerisauan saya kepada banyak orang. Dalam perjalanan hidup saya, banyak saya jumpai orang-orang yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. Bahkan seorang kenalan saya, yang sudah menduduki posisi puncak di suatu perusahaan asuransi asing, mengaku tidak bahagia dengan pekerjaannya. Uang dan jabatan ternyata tidak membuatnya bahagia. Dia merasa lentera jiwanya ada di ajang pertunjukkan musik. Tetapi dia takut untuk melompat. Takut untuk memulai dari bawah. Dia merasa tidak siap jika kehidupan ekonominya yang sudah mapan berantakan. Maka dia menjalani sisa hidupnya dalam dilema itu. Dia tidak bahagia.

Ketika diminta untuk menjadi pembicara di kampus-kampus, saya juga menemukan banyak mahasiswa yang tidak happy dengan jurusan yang mereka tekuni sekarang. Ada yang mengaku waktu itu belum tahu ingin menjadi apa, ada yang jujur bilang ikut-ikutan pacar (yang belakangan ternyata putus juga) atau ada yang karena solider pada teman. Tetapi yang paling banyak mengaku jurusan yang mereka tekuni sekarang -- dan membuat mereka tidak bahagia -- adalah karena mengikuti keinginan orangtua.

Dalam episode Lentera Jiwa (tayang Jumat 29 dan Minggu 31 Agustus 2008), kita dapat melihat orang-orang yang berani mengambil keputusan besar dalam hidup mereka. Ada Bara Patirajawane, anak diplomat dan lulusan Hubungan Internasional, yang pada satu titik mengambil keputusan drastis untuk berbelok arah dan menekuni dunia masak memasak. Dia memilih menjadi koki. Pekerjaan yang sangat dia sukai dan menghantarkannya sebagai salah satu pemandu acara masak-memasak di televisi dan kini memiliki restoran sendiri. Saya sangat bahagia dengan apa yang saya kerjakan saat ini, ujarnya. Padahal, orangtuanya menghendaki Bara mengikuti jejak sang ayah sebagai dpilomat.

Juga ada Wahyu Aditya yang sangat bahagia dengan pilihan hatinya untuk menggeluti bidang animasi. Bidang yang menghantarkannya mendapat beasiswa dari British Council. Kini Adit bahkan membuka sekolah animasi. Padahal, ayah dan ibunya lebih menghendaki anak tercinta mereka mengikuti jejak sang ayah sebagai dokter.Simak juga bagaimana Gde Prama memutuskan meninggalkan posisi puncak sebuah perusahaan jamu dan jabatan komisaris di beberapa perusahaan. Konsultan manajemen dan penulis buku ini memilih tinggal di Bali dan bekerja untuk dirinya sendiri sebagai public speaker.

Pertanyaan yang paling hakiki adalah apa yang kita cari dalam kehidupan yang singkat ini? Semua orang ingin bahagia. Tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana cara mencapainya.

Karena itu, beruntunglah mereka yang saat ini bekerja di bidang yang dicintainya. Bidang yang membuat mereka begitu bersemangat, begitu gembira dalam menikmati hidup. Bagi saya, bekerja itu seperti rekreasi. Gembira terus. Nggak ada capeknya, ujar Yon Koeswoyo, salah satu personal Koes Plus, saat bertemu saya di kantor majalah Rolling Stone. Dalam usianya menjelang 68 tahun, Yon tampak penuh enerji. Dinamis. Tak heran jika malam itu, saat pementasan Earthfest2008, Yon mampu melantunkan sepuluh lagu tanpa henti. Sungguh luar biasa. Semua karena saya mencintai pekerjaan saya. Musik adalah dunia saya. Cinta saya. Hidup saya, katanya.

Berbahagialah mereka yang menikmati pekerjaannya. Berbahagialah mereka yang sudah mencapai taraf bekerja adalah berekreasi. Sebab mereka sudah menemukan lentera jiwa mereka.

Tuesday, September 2, 2008

Kisah Cinta Dari China



Satu kisah cinta baru-baru ini keluar dari China dan langsung menyentuh seisi dunia. Kisah ini adalah kisah seorang laki-laki dan seorang wanita yang lebih tua, yang melarikan
diri untuk hidup bersama dan saling mengasihi dalam kedamaian selama setengah abad.

Laki-laki China berusia 70 tahun yang telah memahat 6000 anak tangga dengan tangannya
(hand carved) untuk isterinya yang berusia 80 tahun itu meninggal dunia di dalam goa yang
selama 50 tahun terakhir menjadi tempat tinggalnya.
50 tahun yang lalu, Liu Guojiang, pemuda 19 tahun, jatuh cinta pada seorang janda 29 tahun bernama
Xu Chaoqin ....

Seperti pada kisah Romeo dan Juliet karangan Shakespeare, teman-teman dan kerabat mereka mencela hubungan mereka karena perbedaan usia di antara mereka dan kenyataan bahwa Xu sudah punya beberapa anak....

Pada waktu itu tidak bisa diterima dan dianggap tidak bermoral bila seorang pemuda mencintai wanita yang lebih tua.....Untuk menghindari gossip murahaan dan celaan dari lingkungannya, pasangan ini memutuskan untuk melarikan diri dan tinggal di sebuah goa di Desa Jiangjin, di sebelah selatan Chong Qing.

Pada mulanya kehidupan mereka sangat menyedihkan karena tidak punya apa-apa, tidak ada listrik atau pun makanan. Mereka harus makan rumput-rumputan dan akar-akaran yang mereka temukan di gunung itu. Dan Liu membuat sebuah lampu minyak tanah untuk menerangi hidup mereka.

Xu selalu merasa bahwa ia telah mengikat Liu dan is berulang-kali bertanya,'Apakah kau menyesal?' Liu selalu menjawab, 'Selama kita rajin, kehidupan ini akan menjadi lebih baik'.
Setelah 2 tahun mereka tinggal di gunung itu, Liu mulai memahat anak-anak tangga agar isterimya dapat turun gunung dengan mudah. Dan ini berlangsung terus selama 50 tahun.
Setengah abad kemudian, di tahun 2001, sekelompok pengembara (adventurers) melakukan explorasi ke hutan itu. Mereka terheran-heran menemukan pasangan usia lanjut itu dan juga 6000 anak tangga yang telah dibuat Liu.

Liu Ming Sheng, satu dari 7 orang anak mereka mengatakan, 'Orang tuaku sangat saling mengasihi, mereka hidup menyendiri selama lebih dari 50 tahun dan tak pernah berpisah sehari pun. Selama itu ayah telah memahat 6000 anak tangga itu untuk menyukakan hati ibuku, walau pun ia tidak terlalu sering turun gunung.

Pasangan ini hidup dalam damai selama lebih dari 50 tahun. Suatu hari Liu yang sudah berusia 72 tahun pingsan ketika pulang dari ladangnya. Xu duduk dan berdoa bersama suaminya sampai Liu akhirnya meninggal dalam pelukannya. Karena sangat mencintai isterinya, genggaman Liu sangat sukar dilepaskan dari tangan Xu, isterinya.'Kau telah berjanji akan memeliharakanku dan akan terus bersamaku sampai akan meninggal, sekarang kau telah mendahuluikun, bagaimana akan dapat hidup tanpamu?'

Selama beberapa hari Xu terus-menerus mengulangi kalimat ini sambil meraba peti jenasah suaminya dan dengan air mata yang membasahi pipinya.
Pada tahun 2006 kisah ini menjadi salah satu dari 10 kisah cinta yang terkenal di China, yang dikumpulkan oleh majalah Chinese Women Weekly.

Pemerintah telah memutuskan untuk melestarikan 'anak tangga cinta' itu, dan tempat kediaman mereka telah dijadikan musium agar kisah cinta ini dapat hidup terus.

Friday, August 29, 2008

BUKTIKAN MERAHMU...!!!!





Bentar lagi kuliah udah mau dimulai nich...


Berarti kita sudah harus kembali lagi ke dunia asli kita, yaitu NGAJAR.


Sedikit kecewa sich, tapi kalo membayangkan akan melihat wajah-wajah baru para mahasiswa/i UNINDRA, sepertinya akan lebih kecewa kalo kuliahnya diundur lagi... hehehe...


Ayo Semangat...!!!


Buktikan Siapa Kita Sebenarnya..!!!




PANGERAN BERTOPENG kan...????

Tuesday, August 26, 2008

Extraordinary Community

Extraordinary Community adalah komunitas orang-orang yang tidak biasa. Pekerja keras dan ingin berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi komunitasnya dan pekerjaannya.


Inilah beberapa catatan tentang diri mereka:

1. YULISTIANA

Dilahirkan tanggal 19 Juli 1969 dari keluarga SUNDA TULEN. Lulus Sarjana tahun 1991 dari Univ. Pakuan Bogor, jurusan Pendidikan Biologi dan saat ini sedang melanjutkan kuliah Pascasarjana di kampus yang sama sejak tahun berapa yach...

Pekerjaan saat ini sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Indraprasta PGRI, sejak tahun 2004. Telah berkeluarga dan dikaruniai seorang putri.

2. ENDANG SUHENDAR

Dilahirkan tanggal 3 Oktober 1976 dari keluarga SUNDA TULEN. Lulus Sarjana tahun 2000 dari Institut Teknologi Indonesia, jurusan Teknik Industri dan saat ini sedang melanjutkan kuliah Pascasarjana di Univ. Trisakti pada jurusan yang sama, sejak tahun ... (gak jelas).
Pekerjaan saat ini sebagai Ketua Program Studi Teknik Industri Universitas Indraprasta PGRI, sejak tahun 2004. Telah berkeluarga dengan 1 istri (tapi ada kemungkinan untuk poligami), dengan 1 putra.

3. ELFITRIA WIRATMANI

Dilahirkan tanggal 24 September 1977 dari keluarga JAWA TULEN. Lulus Sarjana tahun 2000 dari Institut Teknologi Nasional Malang jurusan Teknik Industri dan lulus Pascasarjana tahun 2003 dari Universitas Indonesia jurusan Teknik Industri.

Pekerjaan saat ini sebagai Sekretaris Program Teknik Industri Universitas Indraprasta PGRI, sejak tahun 2007. Telah berkeluarga dan dikaruniai 1 putra.

4. ADHI SUSANO

Dilahirkan tanggal 04 Maret 1977 dari keluarga JAWA. Lulus Sarjana tahun 1999 dari Universitas Budi Luhur jurusan Teknik Informatika dan lulus Pascasarjana tahun 2008 dari kampus dan jurusan yang sama.
Pekerjaan saat ini sebagai Sekretaris Program Studi Teknik Informatika Universitas Indraprasta PGRI, sejak tahun 2006.

5. ATIE ERNAWATI

Dilahirkan tanggal ... dari keluarga BETAWI - JAWA. Lulus Sarjana tahun ... dari Institut Teknologi Indonesia jurusan Teknik Arsitektur dan saat ini sedang kuliah Pascasarjana di Universitas Gunadarma, jurusan Teknik Sipil sejak tahun ...

Pekerjaan saat ini sebagai Sekretaris Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Indraprasta PGRI, sejak tahun 2006. Telah berkeluarga dan dikaruniai 2 putra dan 1 putri.

6. NETTY DEMAK

Dilahirkan tanggal 8 Juli 1966 dari keluarga BATAK. Lulus Sarjana tahun 1992 dari Universitas Andalas Padang jurusan Biologi dan lulus Pascasarjana tahun 2004 dari Universitas Andalas jurusan Ilmu Lingkungan.
Pekerjaan saat ini sebagai Sekretaris Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Indraprasta PGRI sejak tahun 2007.

7. LEONARD

Dilahirkan tanggal 23 September 1982 dari keluarga ASLI BATAK. Lulus Sarjana tahun 2004 dari Universitas Indraprasta PGRI jurusan Pendidikan Matematika dan lulus Pascasarjana dari Universitas Internasional Golden Indonesia jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia tahun 2008.

Pekerjaan saat ini sebagai Dosen merangkap Staf Laboratorium FTMIPA Universitas Indraprasta PGRI sejak tahun 2007.

8. BERLIN SIMANJUNTAK

Dilahirkan tanggal ... dari keluarga ASLI BATAK. Lulus Sarjana tahun ... dari ... jurusan Hukum. Oleh karena itu, karena dia jurusan hukum, riwawatnya agak sedikit dibelok-belokkan, biasa dech orang HUKUM.

Pekerjaan saat ini sebagai Staf Tata Usaha Fakultas TMIPA Universitas Indraprasta PGRI sejak tahun 2007. (pekerjaan sampingannya sich BOGYGUARD... --> meyakinkan kan..???). Telah berkeluarga dan dikaruniai 1 putra.

Demikian riwayat personil KOMUNITAS ini.


ONE FOR ALL, ALL FOR ONE